Jumat, 21 Februari 2014

INTROSPEKSI DIRI DAN BELAJAR DARI 3 SIKAP

Pengunduran diri Paus Benedictus XVI, pemimpin tertinggi dari 1,2 milyar umat Katholik se dunia, pada tanggal 28 Februari 2013 mendatang, langsung menjadi berita yang mengejutkan umat Katholik dan kalangan lainnya di seluruh dunia.

Berbagai reaksi yang muncul dari umat begitu mengetahui berita ini, ada yang sedih, ada yang prihatin dan ada pula yang menyampaikan apresiasinya atas sikap Paus Benedictus XVI.

Mari kita merenungkan dari 3 sikap umat yang muncul tersebut diatas, sehingga bisa jadi materi introspeksi diri kita (khususnya sebagai pemimpin) :

1. SIKAP SEDIH.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa diterima, dihormati, diteladani, bisa mengayomi, dan dicintai oleh orang-orang yang dipimpinnya, maupun dari lingkungan disekitarnya.
Saat mengetahui pengunduran diri Paus Benedictus XVI, umat Katholik merasa sedih dan tidak sedikit yang menitikkan air matanya. Mereka merasa kehilangan pemimpin yang dikasihinya, yang mengayomi dan menuntun mereka di dalam jalan KRISTUS selama ini.

Kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang dimotivasi oleh kasih, ditujukan untuk pelayanan, dan dikendalikan oleh KRISTUS dan keteladananNYA.
Pemimpin Kristen yang baik mencerminkan sepenuhnya sifat pengabdian yang tanpa pamrih (tidak mementingkan diri sendiri), teguh hati, berani menyerukan kebenaran, tegas, dan berbelas kasih.
Pemimpin Kristen yang baik, tidak menuntun umat/jemaat yang dipimpinnya menurut kehendak mereka sendiri, tapi menurut kehendak dan kebenaran TUHAN.

Pemimpin Kristen yang baik, adalah seorang yang berani untuk menjadi tidak populer dan ditinggalkan, oleh karena ia menegakkan kebenaran TUHAN.
Salah satu contohnya adalah Paus Benedictus XVI. Ia dikenal sebagai pemimpin yang dikenal konservatif dan tradisional, ia sangat menentang keras homoseksualitas, pernikahan sejenis, euthanasia, dan aborsi. Disamping itu ia pun menjalankan salah satu point dalam Konsili Vatican yaitu menghormati umat beragama lain.

Introspeksi:
Apakah saat ini kita sudah menjadi pemimpin yang baik, yang membimbing orang-orang yang kita pimpin seturut kehendak dan kebenaran TUHAN...?
Sudahkah kita menjadi saksi KRISTUS yang nyata di tengah lingkungan kita dan dunia ini, yang bukan hanya menyampaikan kabar baik/keselamatan dengan sekedar kata-kata saja, tapi yang terutama dengan perbuatan yang nyata...?

2. SIKAP PRIHATIN.
Paus Benedictus XVI menyampaikan alasannya mengundurkan diri dari jabatannya, adalah karena faktor kesehatannya yang terus menurun.
Rasa kasih dari umat Katholik pada Paus, membuat mereka begitu prihatin terhadap kesehatan pemimpin yang mereka kasihi.
Rasa kepedulian mereka terhadap pemimpin rohani yang dikasihinya diwujudkan dengan mengadakan doa khusus bagi pemimpin rohani tersebut.
Sebagian dari umat Katholik pun berharap kesehatan Paus Benedictus XVI segera pulih, sehingga diharapkan beliau dapat terus melanjutkan karyanya dan memimpin umat kembali.

Introspeksi:
Apakah saat ini kehadiran/keberadaan kita sebagai pemimpin begitu diharapkan oleh umat/jemaat/orang-orang yang kita pimpin...?

3. SIKAP APRESIASI.
Dalam Matius 4:1-11, dijelaskan dengan tegas bahwa memasuki medan kepemimpinan itu tidak mudah!
YESUS perlu mempersiapkan diri secara serius sebelum terjun ke medan pelayanan. YESUS berpuasa selama 40 hari dan 40 malam, sebelum memulai pelayanannya di dunia ini.

Kesadaran Paus Benedictus XVI akan pentingnya dan beratnya pelayanan di dunia ini, namun semua itu tidak ditunjang oleh kesehatannya yang baik, menjadi alasan beliau untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Paus, Pemimpin tertinggi umat Katholik
Sedunia.

Seperti dikutip dari Reuters.com, Senin (11/2/2013), Paus Benediktus mengatakan, ia mengundurkan diri pada 28 Februari 2013 mendatang, karena kondisi fisiknya yang sudah tidak mendukung baginya untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Paus berusia 85 tahun tersebut mengaku kondisi fisiknya terus-menerus menurun selama beberapa bulan terakhir. "Sejauh yang saya akui, ketidakmampuan saya untuk memenuhi pelayanan yang dipercayakan kepada saya," ujarnya.
"Untuk alasan ini, dan menyadari keseriusan dari tindakan ini, dengan kebebasan penuh saya menyatakan bahwa saya meninggalkan pelayanan Uskup Roma, Penerus Santo Petrus," lanjutnya.

Sikap Paus Benedictus XVI ini mendapat apresiasi positif dari banyak pihak.

Banyak pemimpin saat ini yang tidak mau mengakui kekurangan mereka. Banyak orang sebagai pemimpin, apalagi sebagai pemimpin tertinggi, selalu menganggap diri mereka adalah super, terbaik, tanpa kelemahan, anti terhadap koreksi dan kritik. Mereka tidak menyadari (lupa) bahwa sebagai manusia, kita tak luput dari kekurangan dan kelemahan. Untuk mengakui kekurangan dan kelemahan dibutuhkan satu sikap yaitu "rendah hati". Sikap rendah hati hanya dimiliki oleh orang yang hatinya lemah lembut, yang mau dibentuk TUHAN.
Tak ada satu pun manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik TUHAN...!!!

Demikian Firman TUHAN :
"Pikullah kuk yang KUpasang dan belajarlah pada-KU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."
(Matius 11:29).

Introspeksi:
Apakah kita sudah menjadi pemimpin yang rendah hati, yang mau mengakui dan mau belajar dari kekurangan dan kelemahan kita...?

Untuk menemukan figur pemimpin sempurna dalam perspektif Kristen hanya kita temukan pada figur YESUS, dan sebagai orang Kristen (Pengikut KRISTUS) sudah selayaknya kita menjadi kesaksian akan kasih KRITUS yang nyata di dunia ini, agar nama TUHAN YESUS semakin ditinggikan dan dipermuliakan.

Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama TUHAN YESUS KRISTUS,.. TUHAN dan JuruSelamat kita yang hidup.
Haleluya...

TUHAN YESUS senantiasa menyertai, memimpin dan memberkati setiap langkah kita.
Immanuel.

Bernardus Dody Mulyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WEBINAR CCA: PEKERJA MIGRAN MENANGGUNG BEBAN COVID-19

Ruth Mathen Kesimpulan panelis webinar CCA: Pekerja migran menanggung beban terbesar dari krisis COVID-19 dan dampaknya yang terus meni...