Selasa, 18 Februari 2014

KEAJAIBAN KESEMBUHAN NAAMAN

Tiap kali orang membicarakan nama NAAMAN, segera mencuat kalimat, “Aaah, si panglima Raja Aram yang kusta itu. Panglima yang musti membenamkan diri sebanyak tujuh kali di Sungai Yordan untuk kesembuhan KUSTANYA”. Ya, ini sebuah kisah mukjizat kesembuhan yang kehilangan pesan penting dari peristiwa itu sendiri.

Naaman, adalah panglima yang sangat terpandang dan disayang oleh Raja Aram. Panglima andalan dengan berbagai fasiltas yang berkelas. Namun sayang seribu sayang, Naaman mengidap kusta, penyakit yang sangat memalukan di jaman itu. Kisah seorang penyembuh hebat di Samaria bermula dari perempuan asal Israel yang menjadi pembantunya. Nabi Elisa, itulah yang dimaksudnya. Berita pun tiba pada raja, dan surat rekomendasi keluar segera. Surat ditujukan pada Raja Israel agar menyembuhkan Naaman dari kustanya. Tentu saja Raja Israel kebingungan dengan permintaan ini, dan menganggap ini hanya alasan untuk menyerang karena penolakan penyembuhan. Padahal sejatinya benar, Raja Israel tak berdaya untuk menyembuhkan. Dia memang seorang raja dengan kekuasaan politis, namun bukan nabi Tuhan.

Di sisi lain, Raja Aram berpikir ini hanya soal permintaan yang dapat dipenuhi Raja Israel dengan memerintah nabi yang ada di kerajaannya. Rupa-rupanya bagi Raja Aram, nabi atau si penyembuh adalah rakyat yang bisa diperintahkan kapan saja. Raja Aram tak memahami bahwa nabi adalah utusan Tuhan yang hanya tunduk pada perintah Tuhan, bukan ORDER RAJA. Sekalipun harus diakui, di masa itu ada saja nabi yang bekerja, bahkan BERNUBUAT BERDASARKAN ORDERAN. Apalagi orderan raja, banyak nabi penjilat di sana. Tapi ELISA bukan jenis itu.

Sebuah pesan pertama yang bisa kita tangkap, betapa banyak raja dunia yang tidak mengerti hakekat sejati nabi Allah. Di sisi lain, raja Israel juga terjebak pada kekuasaan yang ada pada dirinya, tanpa menyadari Allah yang memberikannya singgasana dan kekuasaan yang ada. Raja tak pernah berpikir tentang ELISA, sampai Elisa yang berinisiatif menyampaikan berita agar menerima Naaman. Lagi-lagi sebuah pesan, betapa Raja Israel ternyata tak selalu beriman benar. Penuh kebingungan, dan terjebak hanya pada soal KEKUASAAN DIRI, betapa menyedihkannya. Itu sebab Elisa memperingatkan raja Israel, supaya Naaman datang kepadanya, agar Naaman tahu ada nabi Israel yang diberi kuasa oleh Allah, jadi bukan hanya ada raja Israel saja.

Naaman segera menemui Elisa, sang nabi, dalam suasana resmi lengkap dengan kereta kebesarannya. Hebatnya, Elisa tak menyongsongnya, apalagi mencium tangan Naaman sebagai rasa hormat pada seorang panglima. Bahkan, Elisa tak keluar rumah, dan hanya menyuruh pembantunya untuk menyampaikan perintah agar Naaman membenamkan diri di Sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Tentu saja Naaman panglima yang terpandang, kesayangan raja, menjadi gusar tak karuan. Dia merasa terhina dengan perlakuan Elisa, dan semakin hina, karena diperintahkan membenamkan diri di Sungai Yordan yang tak lebih baik dari sungai yang ada di kerajaannya.

Lagi-lagi kita belajar, betapa tingginya kedudukan seorang nabi Allah di hadapan seorang panglima, bahkan raja sekalipun. Dan, Naaman sang panglima bukan apa-apa, nabi tak perlu tunduk, apalagi “MENJILAT” kepadanya. Betapa bedanya dengan semangat pelayan masa kini, yang rela BERKOLUSI dengan ketidakbenaran, berselubung kemunafikan, sehingga kehilangan KEWIBAWAAN SURGAWI. Tak ada pilihan lain, ditambah desakan dari pegawai-pegawai Naaman sendiri, membuatnya harus membenamkan diri tujuh kali sesuai perintah sang nabi. Ajaib, kusta Naaman tahir, padahal Elisa tak berada di sana, dan tak berteriak-teriak, “SEMBUH!”, apalagi harus menengking penyakit Naaman. Naaman tahir dengan sendirinya, bukan karena Sungai Yordannya, karena ada banyak orang kusta di Israel yang tak sembuh sekalipun membenamkan diri di Sungai Yordan berkali-kali. Naaman sembuh, bukan juga karena hebatnya Elisa sang nabi. Naaman sembuh hanya karena KEMURAHAN ILAHI, sehingga Naaman tahu betapa hebatnya Allah Israel, yang orang Israel sendiri sering tidak menyadarinya. Ajaib, Naaman mengenal Tuhan yang sering dilawan umat Israel. Ada keajaiban yang lebih besar di balik keajaiban kesembuhan, dan itulah pesan utamanya.

Banyak umat Israel atau pun Kristen, dari dulu hingga sekarang, yang tahu dan mengaku percaya pada kuasa Allah, namun tidak hidup dalam penguasaan Allah. Ini tentu saja bukan keajaiaban, melainkan KEANEHAN UMAT BERAGAMA. Dalam kesukacitaan yang besar, Naaman kembali menghadap Elisa, dan kali ini Elisa menemuinya. Segera Naaman memberikan banyak hadiah, namun dengan tegas Elisa menolak. “AKU INI HANYA PELAYAN, TAK BERHAK MENERIMA APA-APA,” kata Elisa. Elisa sadar betul kesembuhan adalah kedaulatan Allah, dan dia tidak boleh mengambil KEUNTUNGAN di sana. Memang sangat berbeda dengan semangat pelayan kesembuhan masa kini, yang pada umumnya menjadi KAYA RAYA karena dikenal dan terkenal sebagai penyembuh. Bahkan atas dalih karunia penyembuhan, mereka tak lagi berkhotbah tentang INJIL YANG BENAR yang harus diajarkan secara benar. “Kami bukan pengajar,” imbuh mereka.

Ironis, bagaimana mungkin seseorang melakukan tugas Allah tanpa bisa mengajarkan kebenaran. Sungguh tak jelas, Allah yang mana yang mereka JELASKAN. Naaman sang panglima kini semakin menyadari bahwa uang bukan segala-galanya, hadiah yang tersedia dibawa kembali. Namun kini Naaman justru mendapatkan yang terbaik bagi hidupnya, bukan sekadar kesembuhan dari kusta, melainkan pengenalan tertinggi akan Allah yang mahatinggi.

Ajaib, kisah Naaman. Sayang, Gehazi pembantu Elisa tak mampu melihat kebesaran Allah yang dinyatakan di depan matanya. Yang terlihat oleh GEHAZI hanyalah BANYAKNYA HADIAH YANG DITOLAK ELISA. Bermain curang, Gehazi menjual nama Elisa untuk mendapatkan hadiah dari Naaman. Tentu saja Naaman tak segan memberikan hadiah, bahkan sebanyak apa pun, karena nama Elisa telah disebut. Elisa adalah sebuah nama yang sangat direspeknya, nama yang telah membawa dia mengenal Nama yang Ajaib, yaitu Allah Israel. Gehazi menghimpun hadiah haram, menyembunyikannya di rumah dan berharap akan menikmatinya di masa depan.

Namun, Elisa bukanlah nabi yang mudah ditipu, melainkan nabi yang SANGAT PEKA akan kehendak Allah, nabi yang bermartabat. Elisa mengetahui kebusukan hati Gehazi, dan itu dilakukan di keajaiban yang Allah lakukan atas Naaman. “Ajaib”, Gehazi tak takut berbohong. Elisa tak sekadar menghardik Gehazi, bahkan, dengan kuasa Allah menulahinya dengan kusta. Ya, Gehazi telah menerima hadiah perak yang sangat banyak dari Naaman, namun juga kusta Naaman. Tak hanya diri sendiri, keserakahan Gehazi bahkan menimpa anak cucunya.

Pesan yang “ajaib” bukan? Naaman sembuh dari kusta, tanpa biaya, bahkan mengenal Allah. Gehazi, sebaliknya, mendapatkan harta, menjual nama Elisa, namun celaka, tertimpa kusta dan yang paling menyedihkan kehilangan iman kepada Allah. Bukankah di balik keajaiban kesembuhan Naaman, ada banyak “KEAJAIBAN YANG LEBIH AJAIB” lagi? Kisah ini bagaikan realita masa kini yang diceritakan di waktu lampau. Betapa banyaknya pelayan masa kini yang BERMENTAL GEHAZI. Menjual nubuatan, Injil, untuk memperkaya diri. Memakai nama Allah dan mengaku menerima wahyu untuk pembenaran diri atas tindakan yang diambilnya.

Semoga Anda dan saya tak kerasukan dosa Gehazi, melainkan bergairah dengan nilai Elisa. Mari menemukan keajaiban di balik keajaiban, agar tak terjebak fenomena agama yang bisa jadi sangat membahayakan.

Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WEBINAR CCA: PEKERJA MIGRAN MENANGGUNG BEBAN COVID-19

Ruth Mathen Kesimpulan panelis webinar CCA: Pekerja migran menanggung beban terbesar dari krisis COVID-19 dan dampaknya yang terus meni...