JANGAN TAKUT BERTENGKAR
Pertengkaran itu hal yang lumrah dalam pernikahan.
Yang tidak lumrah adalah terus menerus bertengkar selama pernikahan.
Anggap saja pertengkaran itu bumbu yang menyedapkan pernikahan, asal kemudian ada perubahan dan perkembangan yang baik setelah bertengkar.
Perhatikan bahwa setelah bertengkar semestinya ada hal yang baru yang disepakati dan ada perubahan dari kedua belah pihak.
Pertengkaran bisa menjadi kesempatan untuk lebih mengenal dan lebih mengerti pola pikir pasangannya.
Kalau ‘materi pertengkaran’ dari tahun ke tahun tidak ada perubahan (selalu sama yang dipertengkarkan) maka kedua belah pihak mesti belajar untuk mengevaluasi dirinya masing-masing.
Cobalah jangan mengevaluasi pasanganmu terlebih dahulu tetapi evaluasilah dirimu sendiri. Ambillah waktu berdoa dan merenungkan sumber masalahnya. Mulailah berubah dari dirimu sendiri.
Jangan biarkan muncul kekecewaan yang berlarut-larut supaya masalah lebih mudah diselesaikan satu persatu.
Sederhanakan masalah yang muncul dan bekerjasamalah mengatasinya berdua.
Jangan menghina, jangan melakukan kekerasan fisik dan jangan melawan terus menerus kepada pasanganmu.
Kalau sesuatu bisa disederhanakan mengapa dibuat rumit?
Kalau sesuatu bisa diselesaikan dengan cepat mengapa harus ditunda-tunda?
Ingatlah akan tujuan dan rambu-rambu utama pernikahanmu sehingga pertengkaran bukan menjadi sesuatu yang merusak.
Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air ; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai (Ams 17:14)
Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran (Ams 10:12)
KATAKAN 'MAAF' DAN KATAKAN 'TERIMA KASIH'
Salah satu benteng dalam menghadapi masalah suami istri adalah penerimaan masing-masing atas pasangannya, tidak menuntutnya dan tidak menghakiminya.
Diterima apa adanya oleh pasangan kita – baik itu kekurangan maupun kelemahan kita akan menjadi kesukaan tersendiri.
Belajarlah untuk saling menghargai.
Katakan ‘terima kasih’ dengan tulus untuk sesuatu yang diberikan pasanganmu.
Lihatlah pasanganmu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hidupmu.
Katakan 'maaf' dengan hati tulus bila menyakiti pasanganmu, dan berusahalah untuk tidak mengulangi kesalahanmu kembali.
BELAJARLAH DAN BERUBAHLAH
Setiap kejadian bisa menjadi pembelajaran hidup bila kita memiliki kerendahan hati dan tekad untuk berubah.
Perhatikanlah pasanganmu dengan seksama: kebiasaannya, apa yang tidak disukai, apa yang disukai, apa yang menjadi ‘masalah khusus’ untuk pasanganmu. Juga perhatikan apa yang membuat pasangamu tertawa atau sedih.
Jadilah pasangan yang sepadan – yang bisa melengkapi kekurangannya.
Pertengkaran itu hal yang lumrah dalam pernikahan.
Yang tidak lumrah adalah terus menerus bertengkar selama pernikahan.
Anggap saja pertengkaran itu bumbu yang menyedapkan pernikahan, asal kemudian ada perubahan dan perkembangan yang baik setelah bertengkar.
Perhatikan bahwa setelah bertengkar semestinya ada hal yang baru yang disepakati dan ada perubahan dari kedua belah pihak.
Pertengkaran bisa menjadi kesempatan untuk lebih mengenal dan lebih mengerti pola pikir pasangannya.
Kalau ‘materi pertengkaran’ dari tahun ke tahun tidak ada perubahan (selalu sama yang dipertengkarkan) maka kedua belah pihak mesti belajar untuk mengevaluasi dirinya masing-masing.
Cobalah jangan mengevaluasi pasanganmu terlebih dahulu tetapi evaluasilah dirimu sendiri. Ambillah waktu berdoa dan merenungkan sumber masalahnya. Mulailah berubah dari dirimu sendiri.
Jangan biarkan muncul kekecewaan yang berlarut-larut supaya masalah lebih mudah diselesaikan satu persatu.
Sederhanakan masalah yang muncul dan bekerjasamalah mengatasinya berdua.
Jangan menghina, jangan melakukan kekerasan fisik dan jangan melawan terus menerus kepada pasanganmu.
Kalau sesuatu bisa disederhanakan mengapa dibuat rumit?
Kalau sesuatu bisa diselesaikan dengan cepat mengapa harus ditunda-tunda?
Ingatlah akan tujuan dan rambu-rambu utama pernikahanmu sehingga pertengkaran bukan menjadi sesuatu yang merusak.
Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air ; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai (Ams 17:14)
Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran (Ams 10:12)
KATAKAN 'MAAF' DAN KATAKAN 'TERIMA KASIH'
Salah satu benteng dalam menghadapi masalah suami istri adalah penerimaan masing-masing atas pasangannya, tidak menuntutnya dan tidak menghakiminya.
Diterima apa adanya oleh pasangan kita – baik itu kekurangan maupun kelemahan kita akan menjadi kesukaan tersendiri.
Belajarlah untuk saling menghargai.
Katakan ‘terima kasih’ dengan tulus untuk sesuatu yang diberikan pasanganmu.
Lihatlah pasanganmu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hidupmu.
Katakan 'maaf' dengan hati tulus bila menyakiti pasanganmu, dan berusahalah untuk tidak mengulangi kesalahanmu kembali.
BELAJARLAH DAN BERUBAHLAH
Setiap kejadian bisa menjadi pembelajaran hidup bila kita memiliki kerendahan hati dan tekad untuk berubah.
Perhatikanlah pasanganmu dengan seksama: kebiasaannya, apa yang tidak disukai, apa yang disukai, apa yang menjadi ‘masalah khusus’ untuk pasanganmu. Juga perhatikan apa yang membuat pasangamu tertawa atau sedih.
Jadilah pasangan yang sepadan – yang bisa melengkapi kekurangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar