Kamis, 31 Maret 2016

TERSESAT DI DALAM GEREJA

HAI orang orang munafik! Benarlah nubuat YESAYA tentang kamu, “BANGSA INI MEMULIAKAN AKU DENGAN BIBIRNYA, PADAHAL HATINYA JAUH DARI PADA-KU. PERCUMA MEREKA BERIBADAH KEPADA-KU, SEDANGKAN AJARAN YANG MEREKA AJARKAN IALAH PERINTAH MANUSIA (Matius 15: 7-9, & Yesaya 29: 13).
Ini adalah KRITIK PEDAS YESUS kepada orang FARISI dan AHLI TAURAT yang selalu bangga dengan “SEJUTA” ritual mereka. Kritik yang jika diucapkan di kekinian masa pasti akan dicerca sebagai KESOMBONGAN. Dunia memang semakin dipenuhi awan relativisme, di mana kebenaran sering kali dipandang sebagai kesombongan, bahkan tidak BERPERIKEMANUSIAAN. Celakanya, GEREJA yang seharusnya berperan sebagai lokomotif kebenaran ternyata terjebak dalam KEAMBIGUAN. Satu sisi gereja ingin menyuarakan kebenaran sepenuhnya, namun di sisi lain MENGINGINKAN SIMPATI DUNIA, sehingga RELA BERKOMPROMI DENGAN RELATIVISME. Ayat-ayat suci Alkitab dipelintir untuk kepentingan-kepentingan argumentasi kristianinya. Ada yang menekankan ritual-ritual sedemikian ketatnya, tak boleh begini tak boleh begitu, dilakukan dalam rangka mengklaim diri sebagai yang suci, dekat dengan Allah sang pencipta. Pensakralan ritual sangat luar biasa, baik pujian, puasa, hingga persembahan, khususnya persepuluhan. Semua baik-baik saja, sayangnya, dalam penekanan ritual itu, gereja justru KEHILANGAN PEMAKNAAN SPRITUALNYA.
Merasa diri terbaik, suci dan dekat dekat dengan sorga. Inilah yang terjadi pada orang-orang Farisi, mereka merasa telah melakukan segalanya, tapi KEHILANGAN INTINYA. Ingat kisah pemuda kaya yang merindukan hidup yang kekal. Dia menjawab pertanyaan Yesus dengan lugasnya, bahwa dia tidak mencuri, tidak membunuh, dan hal lainnya seturut hukum Taurat. Semua ritual kehidupan telah dijalankan. NAMUN KETIKA YESUS MEMINTA DIA MENJUAL SEMUA HARTANYA DAN MENGIKUT YESUS, DIA MUNDUR TERATUR. Dia tak siap dengan spiritual hidup kekal, yaitu bukan hanya mengikuti ritual tetapi juga intinya, yaitu spiritual, dan dalam kasus ini adalah KASIH KEPADA SESAMA. Itu berarti berani berkorban untuk sesama, apalagi harta. Merasa telah melakukan semua ritual keagamaan dengan baik, orang Farisi mampu membusungkan dada dalam kesombongan agama yang kosong. Dikritik Yesus bertubi-tubi membuat mereka marah. Aslinya keluar tuntas, yaitu semangat membunuh yang sadis. YA, MEREKA MENJADI PENJAHAT YANG PALING JAHAT, MEMFITNAH YESUS, MENJALANKAN SUAP, MENYALIBKAN YESUS, TANPA PERNAH MEMBUKTIKAN SEDIKIT PUN KESALAHAN YESUS.
Ironi demi ironi keagamaan terus terjadi dari masa ke masa. Semua dalam lakon yang sama terjebak dalam ibadah, terjebak dalam ritual, kehilangan spiritual. Terjebak dalam ritual, MEMBUAT GEREJA SEMAKIN HARI SEMAKIN JAHAT, HANYA PEDULI PADA DIRI/ORGANISASI BUKAN SESAMA. Senantiasa menyebut Allah, tapi tidak melakukan kehendak Nya. SORGA TERUCAP, TAPI CARA HIDUP TAK ADA MIRIPNYA. Belum lagi mereka yang menyebut diri gerakan yang suci, tapi menghalalkan cara yang berlawanan dengan hukum, bahkan memaksakan kehendak atas nama cinta Tuhan. Di sisi lain, ada juga gereja yang justru mengobral kasih. DEMI TAK KEHILANGAN UMAT YANG BERDUIT DAN BERGELIMANG HARTA, MAKA KATA-KATA ANUGERAH DICURAHKAN TANPA BATAS. Setiap kesalahan, dosa yang diperbuat umat, bukan lagi kesalahan, atau tanggung jawab pribadi umat. SEMUA KESALAHAN DILEMPARKAN KEPADA ROH-ROH. SEORANG BERJINAH, TAK LEBIH DARI MEREKA YANG DIRASUK ROH JINAH, YANG SALAH ROHNYA BUKAN ORANGNYA. SEBAGAI PRIBADI DIA TAK LAGI PERLU BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERJINAHANNYA, KARENA YANG BERSALAH ADALAH ROH JINAH.
Menyenangkan bukan? Dan sudah tentu para penjinah akan betah ada di sana. Mereka berjinah, namun tak bersalah terhadap Allah yang sudah melarang dengan tegas. Dianggap tak melanggar Alkitab sekali pun jelas tertulis di sana. Padahal, tak sedikit mereka yang jatuh dalam perjinahan, mengakui mereka salah, tak seharusnya berbuat demikian. Di sini diberlakukan ritual pengampunan dengan cara kompensasi. Yang pertama tentu saja ritual pelepasan dari roh jinah. Tak jelas lepas atau tidak, tapi yang pasti, setelah ritual pelepasan maka dianggap yang bersangkutan telah bebas, lepas dari roh jinah. Yang penting, yang melakukan pelepasan adalah mereka yang dianggap ahlinya dan “penuh kuasa” Tuhan. Jadi ada semacam profesi baru yang tidak jelas letaknya di dalam Alkitab. Lalu yang dilepaskan dari roh jinah BERSAKSI, DIIRINGI AIR MATA, TERASA SANGAT MENCEKAM. SEMUA GEMBIRA, NAMUN IRONISNYA BELUM GENAP SETAHUN ATAU KALAU BERUNTUNG LEBIH LAMA SEDIKIT, PERISTIWA ITU KEMBALI LAGI. Maka, ya sederhana saja, pelepasan lagi. Ingat, pribadi itu tak bersalah, yang salah roh jinahnya. Setelah itu, ya persembahan khusus.
PERSEMBAHAN AKAN MEMILIKI DAMPAK PENYUCIAN. Hebat kan. Tempat seperti ini sudah bisa dipastikan akan penuh dengan mereka yang suka kompromi dan bersembunyi di balik ritual-ritual yang dibangun sendiri, dan seenaknya. Alkitab dipelintir untuk mendukungnya. Kasih karunia Allah yang besar selalu tersedia dan cukup untuk mengampuni tiap-tiap dosa yang diperbuat, menjadi alasan pembenarannya. Dosa apa saja yang dilakukan umat, bukan apa-apa, Allah maha pengampun dan Yesus Kristus telah tersalib untuk menebus dosa-dosa kita. Tampaknya benar bukan? Namun di balik semua itu, berita yang ingin disampaikan adalah, Anda berbuat dosa, tidak apa-apa, ada banyak kasih karunia. Padahal dalam Alkitab, jelas sekali tercatat, bahwa setiap Yesus usai melayani orang yang berdosa, pesannya sangat tegas, “JANGAN BERBUAT DOSA LAGI!”
Terjadi pemelintiran, yang sangat kentara. Umat bukan tak tahu, tapi lebih banyak yang pura-pura tak tahu, karena mereka betah dalam keremangan dosa. Gereja yang menekannkan ritual-ritual, baik dalam konteks cara beribadah seperti pujian, puasa, persepuluhan, atau yang menekankan pengampunan tak bertepi sehingga perbuatan dosa tak mengapa, SANGAT MENCEMASKAN. Ini bagaikan virus yang menggerogoti gereja terus- menerus. Namun di sisi lain, penggemar untuk masuk barisan ini sangat panjang, sehingga IBADAH SEPERTI INI TAK PERNAH KEKURANGAN PESERTA, BAHKAN MEMBELUDAK. Nah, pembeludakan peserta pun disambar dan dijadikan alasan pembenaran, bahwa gereja ini diberkati Allah.
Amin....
Slamet Murdianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WEBINAR CCA: PEKERJA MIGRAN MENANGGUNG BEBAN COVID-19

Ruth Mathen Kesimpulan panelis webinar CCA: Pekerja migran menanggung beban terbesar dari krisis COVID-19 dan dampaknya yang terus meni...