Kamis, 31 Maret 2016

TOBAT ZAKHEUS vs TOMAT (TOBAT KUMAT)

Natal memang merupakan gambaran nyata tentang bagaimana Allah memilih kemiskinan dan kesederhanaan untuk menyapa manusia yang dikasihi-Nya. Dari kandang Natal, kita melihat bagaimana Kristus sendiri memenuhi ajaran pertama yang diajarkan-Nya pada khotbah di bukit, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3). Pertanyaannya, adalah apakah arti ‘miskin di hadapan Allah’ ini? Banyak orang menghubungkannya dengan ketidak-terikatan kita dengan harta duniawi, kemewahan dan kekayaan. Maka tak jarang orang berpendapat, ini hanya mampu dilakukan oleh para biarawan biarawati. Padahal tidak demikian halnya, sebab dalam kondisi kita masing-masing kita dapat menerapkan ‘ketidak-terikatan’ kepada kekayaan. Suatu permenungan adalah, misalnya, jika kita dihadapkan pilihan untuk menggunakan uang kita yang terbatas, maka apakah kita memilih untuk kenyamanan kita, ataukah untuk menolong orang lain yang lebih membutuhkan? Jika kita bisa membeli barang yang mahal, apakah kita serta-merta membelinya, atau kita berpikir untuk membeli barang yang lebih murah dan sederhana, dan menggunakan sisa uangnya untuk menyumbang aksi sosial gereja, misalnya? Apakah kita bijaksana menggunakan kekayaan kita untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak begitu perlu, namun hanya untuk koleksi saja, atau demi mengikuti ‘mode’? Mampukah kita bersuka cita selalu, meskipun dalam keadaan kekurangan? Ini adalah suatu renungan kita semua, sebab jika kita sangat terikat pada harta milik kita, maka sesungguhnya di hati kita tidak ada ruang buat Tuhan.
Namun sebenarnya, ‘miskin’ di hadapan Allah juga berarti bahwa kita mengakui bahwa Allah-lah yang memberikan segala sesuatu kepada kita. Jadi, segala sesuatu yang kita pikir kita miliki, sesungguhnya dari Allah, dan sudah selayaknya kita pergunakan untuk memuliakan Dia. Kesehatan, pekerjaan, bakat dan kepandaian, harta milik, keluarga, dan seterusnya semestinya kita arahkan untuk memuji Tuhan, sebab semuanya itu adalah pemberian Tuhan. Mari kita bertanya pada diri kita sendiri: Siapkah kita jika suatu saat, Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi sehingga kita tidak lagi memiliki semua itu? Masih dapatkah kita bersyukur kepada-Nya? Sebab, justru pada saat kita kehilangan ‘milik’ kita, kita akan dibawa pada suatu kesadaran bahwa yang terpenting bagi kita adalah Tuhan sendiri. Karena Tuhan-lah yang menjadi sebab mengapa kita hidup, dan Dia-lah juga yang menjadi tujuan akhir hidup kita. Ia melimpahi kita dengan rahmat, agar kita dapat menggunakan hidup ini untuk memberitakan kasih dan kebaikan-Nya agar semakin banyak orang mengenal dan mengasihi-Nya. Ia menciptakan kita untuk tujuan yang mulia, untuk mengangkat kita menjadi milik-Nya dan bersatu dengan-Nya dalam Kerajaan Surga. Inilah yang menjadi alasan mengapa Allah mengirimkan Yesus Putera-Nya yang kita peringati pada hari Natal. Di dalam Yesus, Allah merendahkan diri, agar kita semua ditinggikan. Dengan kerendahan hati-Nya, Allah menunjukkan pada kita betapa Ia mengasihi kita semua, agar kitapun dapat belajar untuk mengasihi-Nya dan mengasihi sesama kita.
Dengan melihat ke kandang Natal, kita sungguh dapat melihat betapa dengan kerendahan hati-Nya, Yesus menghancurkan dosa pertama Adam, yaitu kesombongan. Dan sesungguhnya, Ia-pun mengundang kita untuk meninggalkan kesombongan kita. Mari kita tengok ke dalam hati kita masing-masing: apakah masih ada kesombongan di sana? Misalnya, menganggap berkat yang ada pada kita sebagai hasil karya sendiri? Atau menganggap diri paling baik, dan paling benar? Atau berkeras dengan pandangan sendiri, dan paling cepat menghakimi orang lain? Atau menganggap diri lebih mengetahui segala sesuatu daripada Tuhan? Bahkan menciptakan sendiri gambaran tentang Allah? Juga, marilah dengan jujur kita melihat, apakah kita memiliki kasih akan Tuhan yang melebihi dari semuanya? Mari, pada hari Natal ini, kita memandang ke palungan di mana Yesus dibaringkan, dan merenungkan misteri kasih Allah ini: Tuhan meninggalkan segala sesuatu untuk datang kepada anda dan saya. Apakah anda dan saya juga rela meninggalkan segala sesuatu yang mengikat kita untuk datang kepada-Nya?
ADAKAH TEMPAT BAGI YESUS DIHATIMU PADA HARI NATAL INI ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WEBINAR CCA: PEKERJA MIGRAN MENANGGUNG BEBAN COVID-19

Ruth Mathen Kesimpulan panelis webinar CCA: Pekerja migran menanggung beban terbesar dari krisis COVID-19 dan dampaknya yang terus meni...