Seharusnya realtias kematian yang bisa menjemput orang setiap saat,
menjadi sesuatu yang MENGGETARKAN JIWA. Kalau seseorang sudah tidak
tergetarkan oleh realitas ini, maka ia tidak pernah takut akan Allah.
Manusia lebih digetarkan oleh banyak hal duniawi yang bersifat FANA,
tetapi tidak dengan Allah. Seharusnya seseorang tergetarkan oleh
realitas ini sehingga sungguh-sungguh menjadi takut dan berdamai dengan
Allah secara benar. Harus diperhatikan, bahwa
SESEORANG YANG DATANG KE GEREJA SAJA BELUM BERARTI BERDAMAI DENGAN
ALLAH. Perdamaian dengan Allah ditandai dengan kesediaan hidup menurut
segala keinginan-Nya. Dewasa ini penyesatan kepada jemaat yaitu
dikesankannya, kalau sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan pergi ke
gereja berarti sudah berdamai dengan Allah. Padahal mereka tidak tahu
bagaimana semestinya percayanya itu. Mereka telah tertipu oleh gereja
tertentu dan rezimnya yang men-DEVALUASI kebenaran. Mereka merasa sudah
nyaman dan merasa telah memiliki jaminan keselamatan. Padahal
keselamatan harus dikerjakan sejak masih hidup didunia. Perpindahan ke
Sorga bukan nanti setelah mati. Sejak hidup di dunia ini harus melakukan
perpindahan. Tuhan Yesus berkata: "Karena dimana hartamu berada, disitu
juga hatimu berada" (Mat. 6:21).
Tuhan Yesus mengatakan agar manusia takut akan Allah yang berkuasa,
yang bukan saja dapat membunuh tubuh tetapi yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Mat. 10:28). Takut akan Allah
harus diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan dengan melakukan
kehendak-Nya. Kenyataannya dalam kehidupan orang Kristen, jangankan
melakukan kehendak-Nya, mengerti kehendak-Nya saja, tidak dapat.
Bagaimana bisa mengerti kehendak-Nya kalau tidak memiliki KECERDASAN ROH
atau KEPEKAAN ? Bagaimana memiliki kecerdasan roh kalau tidak belajar
Injil dengan benar? Belajar Injil dengan benar artinya tekun dan
sungguh-sungguh, berani mengorbankan yang lain, lebih dari mengasihi
dunia ini. Orang yang mengasihi dunia pikirannya menjadi gelap, ia tidak
akan bisa mengerti kebenaran (Luk. 16:11). Sehingga gaya hidupnya pun
tidak sesuai dengan standar Allah. Orang-orang yang dibawah standar
Allah ini tidak bisa berjalan dengan Tuhan (hubungannya dengan Allah
tidak harmonis). Mereka belum bersekutu dengan Allah Bapa. Inilah yang
dimaksud dengan belum berdamai dengan Allah. Dalam hal ini perdamaian
dengan Allah bukan saja pengakuan atau status, tetapi sebuah keberadaan
yang konkrit dimana seseorang bersekutu dengan Tuhan secara harmoni.
Itulah sebabnya kalimat "diperdamaikan dengan Allah" menuntut respon dua
belah pihak. Allah menyediakan fasilitas perdamaian, manusia meresponi
dengan tanggung jawab.
Amin...
Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar