Rabu, 13 September 2017

DIMANA DAN SEDANG APA ENGKAU ??

Yesaya 64:1-9; Mazmur 80:1-8, 18-20; 1 Korintus 1:3-9;Markus 13:24-37 


Pengantar 
Saat ini kita memasuki masa adven atau masa penantian. Menanti Yesus datang. Bukan hanya pada saat Natal, ketika Tuhan menjadi manusia dalam diri Yesus, tetapi juga menanti ‘kapan Yesus datang kedua kalinya’. Nah, pada saat dan masa penantian ini, apakah yang sudah dilakukan oleh kita dan Gereja? Apakah Gereja sedang dalam keadaan dan kondisi sadar, berjaga-jaga, atau malah tertidur? Sadar dan berjaga-jaga adalah keadaan yang diharapkan oleh Tuhan Yesus. Sadar dan berjaga-jaga adalah tanda ketika kita bertanggungjawab dalam tugas panggilan dan perutusan di dunia ini.

Hidup dalam dosa
Namun, apa yang terjadi ketika kita tidak berjaga-jaga, dan sadar? Tentu, Tuhan akan murka, sebagaimana Tuhan murka terhadap Israel pada masa Yesaya. Dalam Yesaya 64 dijelaskan kemurkaan Tuhan kepada Israel karena dosa, kesalahan dan kejahatan Israel. Bahkan murkanya Tuhan begitu dahsyat sehingga manusia tidak akan mungkin bisa bertahan. Coba kita renungkan kedasyatan murka Tuhan:
  • Langit terkoyak, dan gunung bergoncang (ayat 1)
  • Api Tuhan menyala, dan semua bangsa bergemetar (ayat 2)
  • Kedahsyatan yang tidak pernah terjadi sejak dulu kala (ayat 3)

Memang saat itu, Israel melakukan ‘aturan agama’ yang kelihatannya saleh. Namun kenyataannya, kesalehan tersebut hanyalah berpura-pura. Mereka percaya kepada Tuhan, tetapi sekaligus menyembah pada berhala dan mamon. Itulah sebabnya, Tuhan begitu marah sebab selain mereka tidak setia, mereka pun juga menduakan Tuhan.
Namun ada hal yang menarik, dalam ayat 5 mereka menyadari akan dosanya. Bahkan dalam ayat 6 mereka begitu menyesali akan dosa dan keadaan mereka seperti ‘daun dilenyapkan oleh angin’, suatu keadaan yang binasa dan tak bernilai. Kini setelah melihat kedahsyatan kemarahan Tuhan, mereka bertobat. Hal ini nampak dalam ayat 8 dan 9 yang mengatakan, “Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu. Ya TUHAN, janganlah murka amat sangat dan janganlah mengingat-ingat dosa untuk seterusnya! Sesungguhnya, pandanglah kiranya, kami sekalian adalah umat-Mu”. Mereka memohon agar Tuhan mengingat kembali bahwa Israel adalah umat milik Allah. Israel adalah anak-anak Allah, dan allah adalah Bapa bangsa Israel. Israel bagaikan tanah liat dan Allah adalah penjunannya. Israel adalah buatan tangan Allah. Oleh karena itu, umat Israel memohon agar Allah tidak murka dan tidak mengingat-ingat akan dosa, kesalahan dan kejahatan Israel.
Memang ketika Tuhan murka dan menjatuhkan hukuman, siapapun tidak akan bisa tahan, dan yang ada hanyalah penderitaan. Hal ini terungkap dalam Mazmur 80 yang menceritakan umat Israel (Kerajaan Israel utara) ada dalam pembuangan di Babel. Mereka hidup susah dan menderita karena kelaparan dan bahkan diejek dan diolok-olok oleh para tetangga mereka. Hal ini terungkap dalam Mazmur 80:6-8, “Engkau memberi mereka makan roti cucuran air mata, Engkau memberi mereka minum air mata berlimpah-limpah, Engkau membuat kami menjadi pokok percederaan tetangga-tetangga kami, dan musuh-musuh kami mengolok-olok kami”. Penderitaan yang mereka alami begitu dahsyat, sehingga mereka mempertanyakan ‘sampai berapa lama lagi mereka akan menderita’. Suatu ungkapan yang menyatakan bahwa mereka sudah tidak bisa bertahan.
Di tengah penderitaan itu, bangsa Israel teringat lagi akan Tuhan dan mereka bertobat. Dalam ayat 8, pemazmur berseru-seru, “Ya Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat”. Pemazmur yang mewakili penderitaan umat Israel memohon kepada Tuhan untuk ‘segera dipulihkan’, atau segera dikembalikan seperti keadaan semula, yang damai dan penuh berkat (ayat 18). Jika ini terjadi mereka akan hidup sesuai dengan tatanan Tuhan dan selalu memuji Tuhan (ayat 19).
Di sinilah pemazmur mengharapkan kasih karunia Tuhan, sebab hanya dengan kasih karunia Tuhan sajalah manusia bisa diselamatkan. Hanya dengan kasih karunia Tuhan, maka murka Tuhan akan lenyap dan Israel akan mendapatkan pengampunan, serta kehidupan Israel dipulihkan kembali.

Proses Pemulihan
Memang dalam pemulihan membutuhkan proses. Proses yang aktif dalam diri manusia untuk mau diubah, diperbaharui dan meninggalkan hidup lama. Tidak jarang dalam proses pemulihan dan hidup yang semakin baik, manusia menghadapi ujian, tantangan bahkan siksaan yang berat dari pihak di jahat. Hal inilah yang dirasakan oleh jemaat Korintus. Memang mereka sudah percaya kepada Kristus, dan kini mereka menikmati ‘berkat-berkat Kristus’. Oleh kemurahan Kristus mereka ‘menjadi kaya dalam segala hal dan mengarah pada kehidupan yang semakin sempurna’ (1 Kor 1:5). Namun sekaligus mereka juga menghadapi beragam tantangan, baik masalah perpecahan diantara mereka, dan juga beragam ajaran sesat yang membingungkan jemaat Korintus.
Itulah sebabnya, umat di Korintus diminta tetap ‘teguh didalam iman, selalu bersyukur, hidup suci dan tetap bersekutu dalam Kristus dalam menantikan Kristus datang ke dua kalinya’ (bdk. 1 Kor 1: 7-9). Oleh karena itu, umat Tuhan harus selalu waspada, terus menerus berjaga dan bertanggungjawab masing-masing dalam pelayanannya. Sebab sadar dan terus berjaga-jaga adalah sikap yang perlu dan dibutuhkan oleh kita saat menunggu kedatangannya. Ini dikarenakan kedatangan Yesus kedua kalinya ke dunia ini waktunya tidak ada yang tahu. Memang ada berbagai tanda tanda untuk menandai kedatangannya.
Hal ini tergambar dalam Markus 13. Dikatakan oleh Markus 13 beragam tanda yang akan menandai kedatangan Yesus kedua kalinya, yaitu:
  • Siksaan yang berat, atau penganiayaan (ayat 24).
  • Adanya perubahan cuaca yang sangat ekstrem, seperti matahari menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya, ataupun perubahan musim/cuaca yang tidak tentu (ayat 24).
  • Kegemparaan di dunia, seperti benda langit dan para penguasa jatuh (ayat 25)

Dalam kondisi seperti inilah, Anak Manusia atau Yesus datang dalam kemuliaan. Dan lewat malaikat-Nya, Ia meminta agar orang-orang pilihan-Nya dikumpulkan dari berbagai negeri. Di sinilah akan dimulai-Nya masa yang baru, masa dimana Tuhan dalam kemuliaanNya akan memisahkann orang-orang percaya dan orang-orang yang tidak percaya. Oleh Injil Markus hal ini digambarkan seperti pohon ara yang sedang bertunas. Jika ‘ranting-ranting pohon ara melembut dan mulai bertunas’ (ayat 28), tanda bahwa musim panas sudah dekat. Sekalipun ada tanda-tandanya, kapan saat dan waktunya musim panas itu datang tidak akan diketahui dengan persis. Demikian juga cara kita dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Memang berbagai tanda telah muncul namun kapan datangnya Tuhan secara pasti, tentu tidak akan ada yang tahu.
Itulah sebabnya, sikap yang paling tepat dalam menantikan Tuhan Yesus datang kedua kalinya adalah ‘berhati-hati dan berjaga-jagalah’ (Markus 13:33). Atau tetap dalam kondisi sadar, berjaga-jaga dan bertanggungjawab dalam tugas masing-masing. Selain itu peka terhadap tanda-tanda jaman yang ada.

Panggilan
Sadar dan terus menerus berjaga-jaga adalah sikap yang perlu dan dibutuhkan oleh Gereja sambil menunggu saat datangnya hari penghakiman, yaitu kedatangan Yesus untuk kedua kalinya. Mengapa perlu diingatkan untuk tetap ‘sadar dan berjaga-jaga’? Ini dikarenakan ada kemungkinan kita, baik secara pribadi maupun Gereja, ‘tertidur’, acuh dan tidak peduli dalam tugas dan peran kita dalam tugas. Misalnya:
  • Kita bersikap munafik, yaitu berpura-pura baik dalam pelayanan namun penuh dengan dendam dan dosa, atau “kesalehannya seperti kain kotor” (Yes 64:6).
  • Puas dan sibuk dengan urusan pribadi atau internal saja. Atau sebaliknya ‘merasa’ kekurangan berkat Tuhan sehingga tidak mau bersyukur (1 Kor 1:4), dan ‘merasa selalu menderita’ (Mzm 80:6-7).
  • Tidak ‘peka’ atas kesempatan dan peluang yang dapat dilakukan dalam masyarakat, sehingga tidak dapat ‘melihat tanda-tanda jaman’ (Markus 13:28-29).

Lantas, bagaimana seharusnya kita? Atau, ‘dimana dan sedang apa kita’ seharusnya dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus? Setidaknya, kita harus:
  • Hiduplah yang tidak menyimpang dari Tuhan dan terus menyerukan nama Tuhan.
  • Tetap memelihara dan mengembangkan ‘perkataan dan perbuatan’ dalam Tuhan.
  • Bertanggung jawab dan tetap sedia menjalankan tugas dari Tuhan. Amin
Khotbah Minggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WEBINAR CCA: PEKERJA MIGRAN MENANGGUNG BEBAN COVID-19

Ruth Mathen Kesimpulan panelis webinar CCA: Pekerja migran menanggung beban terbesar dari krisis COVID-19 dan dampaknya yang terus meni...