Yesaya 55:10-13, Mazmur 65:(1-8),9-13; Roma 8:1-11, Matius 13:1-9, 18-23
Pengantar
Ada sebuah pertanyaan, ’Apa yang saudara pikirkan saat mendengar karya roh?’. Bagi kebanyakan orang, karya roh dipahami sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan: dunia roh, berkaitan dengan ’prewangan’ (orang yang menjadi perantara roh), orang yang dirasuk oleh roh setan, atau roh leluhur. Sehingga peran seorang dukun, pemburu hantu, paranormal atau prewangan mendapat peran yang sangat kuat. Sebab hanya mereka lah yang diyakini mampu membebaskan manusia dari ikatan roh.
Padahal kenyataannya tidak demikian, kenyakinan masyarakat yang memahami ’karya roh’ sebatas ’dunia roh, roh setan, roh leluhur atau prewangan’, justru akan semakin memperkuat posisi dan peran paranormal, sehingga masyarakat dikondisikan untuk terus bergantung kepada mereka. Bahkan masyarakat juga dibodohi oleh dunia klenik dan penuh tahkhayul, sehingga mereka tak mampu berpikir jernih, kritis dan rasional. Mereka sering tidak sadar bahwa keyakinan tersebut sangat bertentangan dengan prinsip iman kepada Tuhan. Sehingga, apabila iman Kristen berbicara tentang karya roh, itu sama sekali tidak mempunyai kaitan dengan misteri ’dunia roh’ sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan orang. Sebab, karya roh yang dimaksudkan oleh rasul Paulus di Roma 8 lebih menunjuk kepada karya Kristus yang telah bangkit dan hadir secara Roh dalam kehidupan jemaatNya.
Karya Roh Kristus
Lebih lanjut dalam Roma 8 dikatakan, karya Roh yang dinyatakan dalam Tuhan Yesus merupakan karya yang menjamin umat percaya untuk mengalami kebebasan dari penghukuman Allah. Di dalam Roma 8:1 rasul Paulus berkata, ”Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”. Kata ”penghukuman” berasal dari kata Yunani ”katakrima”, yang berarti ’suatu hukuman yang diterima sebagai penghukuman’. Sebab pada jaman dulu, seseorang yang dianggap bersalah karena telah melakukan suatu kesalahan yang sangat berat, akan dikenai suatu sanksi seperti hukuman perbudakan. Konsep ini kemudian dipakai oleh rasul Paulus untuk menjelaskan kondisi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, yang mengakibatkan manusia berada di bawah hukuman perbudakan dosa. Karena itu, manusia pada dasarnya berada dalam situasi ’katakrima’ (hukuman akibat dosa). Dengan kondisi berada dalam status perbudakan dosa, manusia tidak mungkin mampu membebaskan dirinya sendiri. Sebagaimana para budak pada jaman dulu tidak mungkin mampu membebaskan diri dengan upayanya sendiri, sebab ia membutuhkan ada orang lain yang bersedia dan mampu untuk menebusnya. Demikian pula dengan manusia yang berdosa, tidak akan mungkin mampu membebaskan dirinya dengan menaati hukum Taurat.
Umat manusia membutuhkan Penebus, yang mampu membebaskan dirinya dari belenggu perbudakan dosa. Penebus itu tidak lain adalah Yesus Kristus. Di Roma 8:3 rasul Paulus berkata, ”Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” Dalam hal ini Allah telah mengaruniakan Kristus untuk menjadi manusia yang berada di bawah kuasa penghukuman dosa. Jadi sangatlah jelas, bahwa karya Roh di sini menunjuk kepada karya Tuhan Yesus yang telah ditentukan oleh Allah untuk membebaskan manusia dari kuasa perhambaan dosa. Selama manusia berada di bawah perhambaan dosa, kehidupan manusia tetap jauh dari kebebasan yang sesungguhnya, sebab mereka masih dalam status penghukuman Allah. Dengan kata lain, walaupun manusia mampu beragama secara saleh, yaitu dengan mempraktekkan hukum-hukum agama, sesungguhnya mereka tetap berada dalam status perbudakan dosa. Itulah sebabnya pemazmur di dalam Mzm 65:4 menyatakan, ”Bilamana pelanggaran-pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya”. Pemazmur menyadari bahwa umat tidak mampu menghapus dosa-dosanya dengan ibadah, persembahan, doa dan nazar. Umat diampuni dosanya karena kemurahan dan anugerah Allah saja. Dengan demikian, dasar pujian dalam Mazmur 65 adalah kesadaran umat akan kelemahan dan kegagalannya serta besarnya kasih-karunia Allah yang mengasihi mereka tanpa syarat. Pemazmur mengungkapkan perasaan heran dan keterpesonaannya akan kebaikan Allah, sebab Allah bukan hanya mengampuni dosa umat, tetapi juga mengaruniakan berkat kepada tanah di mana umat mendiaminya.
Memang karya Roh, yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus ingin mengubah manusia. Yang diubah tidak hanya pola pikir melainkan juga pola hidup secara menyeluruh. Jikalau dalam Roma 8:5 dikatakan, ”Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging: mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”, maka kata ’memikirkan’ di sini juga diartikan ’pola pikir yang diikuti dengan pola tindakan’. Itulah sebanya selama manusia masih berada dibawah kuasa dosa maka seluruh hidupnya dikuasai oleh dosa.
Itulah sebabnya, beriman pada Yesus haruslah dipahami sebagai penyerahan diri sepenuhnya untuk dikuasai oleh Yesus. Di dalam Yesus manusia akan mendapatkan anugerah pengampunan, sehingga memampukan manusia berpindah dari ’keinginan daging’ untuk hidup menurut keinginan roh Allah. Jadi kuasa Kristuslah yang membebaskan manusia dari belenggu daging. Sebab keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai-sejahtera (Roma 8:6). Dengan demikian, ciri kehidupan kita seharusnya ditandai oleh kehidupan menurut Roh, yaitu pulihnya nilai kehidupan dan terwujudnya damai sejahtera. Ini berbeda dengan kehidupan daging yang bertujuan pada kerusakan kehidupan dan hancurnya damai sejahtera.
Hakekat Tuhan Yesus
Memang di dalam Kristus ada damai sejahtera. Sebab Yesuslah Firman Allah yang hidup, kekal dan penuh kuasa. Hal ini sebenarnya sudah nubuatkan dalam Yesaya 55. Dikatakan oleh Yesaya 55, bahwa Firman (Ibrani: dabar) keluar dari mulut Allah. Firman di sini mau menyatakan ’adanya satu kesatuan dengan Allah’. Sebab firman mencerminkan pikiran, kehendak dan hikmat Allah. Jika tindakan Allah menyatakan firmanNya berarti menyatakan maksud, kehendak, rencana dan kebijaksanaan-Nya. Namun pada sisi lain, firman memiliki keberadaanNya secara unik. Dia memiliki hidupNya secara pribadi ilahi. Itulah sebabnya, Yes. 55;11 menyatakan, ”demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya”. Kata ”Firman” di sini dipandang sebagai pribadi ilahi yang melaksanakan apa yang dikehendaki Allah, dan akan berhasil mewujudkannya. Sebab, Allah mengutus sang Firman sebagai utusanNya. Dengan demikian, kedudukan sang Firman pada satu pihak bersifat esa dengan Allah, dan di pihak lain berperan sebagai utusan Allah, untuk mewujudkan kehendak dan rencana Allah.
Hakekat sang Firman Allah itu berkuasa, sehingga Dia tidak pernah kembali dengan sia-sia. Ia selalu berhasil melaksanakan kehendak Allah. Dengan demikian, pengertian ”Firman TUHAN” (Ibrani: dabar Yahweh) bukanlah sekedar kumpulan hukum, perintah atau ketetapan Allah. Sang Firman Allah adalah Sang Hikmat yang menjadi sumber kebijaksanaan, pengetahuan, pengertian, hukum dan ketetapan alam semesta. Dengan kuasa-Nya, sang Firman menopang seluruh kehidupan dan alam semesta ini. Tanpa anugerah-Nya, seluruh kehidupan dan semesta ini akan hancur dan binasa. Sang Firman inilah yang kemudian menjelma dalam diri Yesus Kristus. Walaupun hakekatnya tidak terbatas, namun sang Firman ini berkenan menjadi manusia terbatas, sehingga kemuliaan Allah tersembunyi dalam kemanusiaan Yesus.
Namun demikian karya penebusan Kristus adalah sempurna. Namun efektivitas karya penebusan Kristus ditentukan juga oleh respon manusia. Apakah manusia menerima karya penebusan Kristus, atau tidak? Hal ini nampak sekali di dalam bacaan Matius 13:1-9 tentang perumpamaan ’penabur yang menaburkan benih’. Ternyata benih yang ditaburkan oleh penabur jatuh ke berbagai tempat. Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, sehingga dimakan habis oleh burung. Ada benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, sehingga setelah tumbuh segera layu karena dia tidak berakar. Sebagian lagi benih jatuh di tengah semak duri. Ketika benih itu tumbuh, segera dihimpit oleh duri-duri yang umumnya tumbuh lebih cepat daripada benih. Lalu, ada sebagian lagi benih jatuh di tanah yang baik lalu mampu berbuah lebat.
Perumpamaan ini berbicara tentang kualitas hati manusia saat memperoleh benih Kerajaan Allah dalam hidupnya. Dengan kata lain, perumpamaan Yesus ini dapat diberi judul, ’Perumpamaan tentang benih firman dan 4 jenis tanah’. Lalu, bagaimanakah jenis tanah ’hati’ yang kita miliki? Di antara umat manusia tentu ada yang memiliki hati:
1. seperti tanah di pinggir jalan, yaitu mereka yang gemar mengabaikan dan memandang remeh firman kebenaran.
2. seperti jatuh di tanah yang berbatu, yaitu mereka yang keras kepala. Sehingga firman itu tumbuh sebentar lalu mati karena hatinya yang telah membatu.
3. seperti semak duri, yaitu mereka yang hidupnya dipenuhi dengan kepahitan, sehingga segala firman diterima senantiasa dihimpit oleh kepahitan dan kesusahan hidup mereka.
4. seperti tanah subur, yaitu mereka yang mau membuka dan terbuka untuk dipenuhi firman Tuhan, sehingga menghasilkan buah yang bermanfaat.
Ingatlah, benih yang diitaburkan dalam perumpamaan tadi memiliki kualitas yang sama. Kualitas semua benih itu sama. Demikianlah karya Roh dalam Kristus adalah karya Roh yang sama, tidak pernah berubah dan tetap mulia. Tetapi ketika hadir dalam kehidupan manusia, efektivitas karya Roh tersebut ternyata berbeda-beda. Sebagian orang menyambut karya Roh dengan pertobatan dan pembaharuan hidup menurut Roh. Namun, sebagian lagi menyambut kehadiran Roh dengan pembenaran diri, sikap menolak dan kebencian. Itulah sebabnya, ada umat yang hidup dengan cara daging dan cara Roh. Pembaharuan hidup ini terjadi ketika kita mau mengubah kualitas hati kita, yaitu apakah hati kita, yang semula seperti di tanah dipinggir jalan, atau seperti tanah berbatu dan penuh duri, bersedia diubah oleh Roh untuk menjadi tanah yang baik, atau subur?
Penggilan
Manakala kita mau membuka diri untuk diubah kuasa Roh dalam Kristus, maka Dia akan sanggup memperbaharui hati umat-Nya untuk menjadi hati yang siap melaksanakan kehendak Allah. Pada saat kita mau membuka diri terhadap karya kehadiran Kristus dalam Roh-nya, kita akan dimampukan untuk mengalami pencerahan iman, pikiran dan kehendak yang membebaskan dan memperbaharui hidup yang mengarah pada keinginan Roh.
Sehingga ketaatan kita kepada Tuhan dan aturan agama bukan lagi karena perasaan takut karena hukuman Tuhan, atau karena dorongan kesalehan. Namun kita melakukan firman Tuhan karena dorongan Roh yang melampaui kehendak dan keinginan manusiawi kita. Karena itu, yang menjadi fokus dan tujuan hidup kita adalah pemberlakukan hukum Kerajaan Allah yang membebaskan, memperbaharui dan menghadirkan damai-sejahtera. Ingarlah, karya Roh senantiasa ditandai oleh pembaharuan hidup yang dinyatakan dalam tindakan kasih yang inklusif, terbuka kepada semua orang, toleran, rendah hati untuk belajar dan memahami setiap kebenaran, dan senantiasa bersikap kritis serta berlaku adil. Amin
Pengantar
Ada sebuah pertanyaan, ’Apa yang saudara pikirkan saat mendengar karya roh?’. Bagi kebanyakan orang, karya roh dipahami sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan: dunia roh, berkaitan dengan ’prewangan’ (orang yang menjadi perantara roh), orang yang dirasuk oleh roh setan, atau roh leluhur. Sehingga peran seorang dukun, pemburu hantu, paranormal atau prewangan mendapat peran yang sangat kuat. Sebab hanya mereka lah yang diyakini mampu membebaskan manusia dari ikatan roh.
Padahal kenyataannya tidak demikian, kenyakinan masyarakat yang memahami ’karya roh’ sebatas ’dunia roh, roh setan, roh leluhur atau prewangan’, justru akan semakin memperkuat posisi dan peran paranormal, sehingga masyarakat dikondisikan untuk terus bergantung kepada mereka. Bahkan masyarakat juga dibodohi oleh dunia klenik dan penuh tahkhayul, sehingga mereka tak mampu berpikir jernih, kritis dan rasional. Mereka sering tidak sadar bahwa keyakinan tersebut sangat bertentangan dengan prinsip iman kepada Tuhan. Sehingga, apabila iman Kristen berbicara tentang karya roh, itu sama sekali tidak mempunyai kaitan dengan misteri ’dunia roh’ sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan orang. Sebab, karya roh yang dimaksudkan oleh rasul Paulus di Roma 8 lebih menunjuk kepada karya Kristus yang telah bangkit dan hadir secara Roh dalam kehidupan jemaatNya.
Karya Roh Kristus
Lebih lanjut dalam Roma 8 dikatakan, karya Roh yang dinyatakan dalam Tuhan Yesus merupakan karya yang menjamin umat percaya untuk mengalami kebebasan dari penghukuman Allah. Di dalam Roma 8:1 rasul Paulus berkata, ”Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”. Kata ”penghukuman” berasal dari kata Yunani ”katakrima”, yang berarti ’suatu hukuman yang diterima sebagai penghukuman’. Sebab pada jaman dulu, seseorang yang dianggap bersalah karena telah melakukan suatu kesalahan yang sangat berat, akan dikenai suatu sanksi seperti hukuman perbudakan. Konsep ini kemudian dipakai oleh rasul Paulus untuk menjelaskan kondisi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, yang mengakibatkan manusia berada di bawah hukuman perbudakan dosa. Karena itu, manusia pada dasarnya berada dalam situasi ’katakrima’ (hukuman akibat dosa). Dengan kondisi berada dalam status perbudakan dosa, manusia tidak mungkin mampu membebaskan dirinya sendiri. Sebagaimana para budak pada jaman dulu tidak mungkin mampu membebaskan diri dengan upayanya sendiri, sebab ia membutuhkan ada orang lain yang bersedia dan mampu untuk menebusnya. Demikian pula dengan manusia yang berdosa, tidak akan mungkin mampu membebaskan dirinya dengan menaati hukum Taurat.
Umat manusia membutuhkan Penebus, yang mampu membebaskan dirinya dari belenggu perbudakan dosa. Penebus itu tidak lain adalah Yesus Kristus. Di Roma 8:3 rasul Paulus berkata, ”Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” Dalam hal ini Allah telah mengaruniakan Kristus untuk menjadi manusia yang berada di bawah kuasa penghukuman dosa. Jadi sangatlah jelas, bahwa karya Roh di sini menunjuk kepada karya Tuhan Yesus yang telah ditentukan oleh Allah untuk membebaskan manusia dari kuasa perhambaan dosa. Selama manusia berada di bawah perhambaan dosa, kehidupan manusia tetap jauh dari kebebasan yang sesungguhnya, sebab mereka masih dalam status penghukuman Allah. Dengan kata lain, walaupun manusia mampu beragama secara saleh, yaitu dengan mempraktekkan hukum-hukum agama, sesungguhnya mereka tetap berada dalam status perbudakan dosa. Itulah sebabnya pemazmur di dalam Mzm 65:4 menyatakan, ”Bilamana pelanggaran-pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya”. Pemazmur menyadari bahwa umat tidak mampu menghapus dosa-dosanya dengan ibadah, persembahan, doa dan nazar. Umat diampuni dosanya karena kemurahan dan anugerah Allah saja. Dengan demikian, dasar pujian dalam Mazmur 65 adalah kesadaran umat akan kelemahan dan kegagalannya serta besarnya kasih-karunia Allah yang mengasihi mereka tanpa syarat. Pemazmur mengungkapkan perasaan heran dan keterpesonaannya akan kebaikan Allah, sebab Allah bukan hanya mengampuni dosa umat, tetapi juga mengaruniakan berkat kepada tanah di mana umat mendiaminya.
Memang karya Roh, yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus ingin mengubah manusia. Yang diubah tidak hanya pola pikir melainkan juga pola hidup secara menyeluruh. Jikalau dalam Roma 8:5 dikatakan, ”Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging: mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”, maka kata ’memikirkan’ di sini juga diartikan ’pola pikir yang diikuti dengan pola tindakan’. Itulah sebanya selama manusia masih berada dibawah kuasa dosa maka seluruh hidupnya dikuasai oleh dosa.
Itulah sebabnya, beriman pada Yesus haruslah dipahami sebagai penyerahan diri sepenuhnya untuk dikuasai oleh Yesus. Di dalam Yesus manusia akan mendapatkan anugerah pengampunan, sehingga memampukan manusia berpindah dari ’keinginan daging’ untuk hidup menurut keinginan roh Allah. Jadi kuasa Kristuslah yang membebaskan manusia dari belenggu daging. Sebab keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai-sejahtera (Roma 8:6). Dengan demikian, ciri kehidupan kita seharusnya ditandai oleh kehidupan menurut Roh, yaitu pulihnya nilai kehidupan dan terwujudnya damai sejahtera. Ini berbeda dengan kehidupan daging yang bertujuan pada kerusakan kehidupan dan hancurnya damai sejahtera.
Hakekat Tuhan Yesus
Memang di dalam Kristus ada damai sejahtera. Sebab Yesuslah Firman Allah yang hidup, kekal dan penuh kuasa. Hal ini sebenarnya sudah nubuatkan dalam Yesaya 55. Dikatakan oleh Yesaya 55, bahwa Firman (Ibrani: dabar) keluar dari mulut Allah. Firman di sini mau menyatakan ’adanya satu kesatuan dengan Allah’. Sebab firman mencerminkan pikiran, kehendak dan hikmat Allah. Jika tindakan Allah menyatakan firmanNya berarti menyatakan maksud, kehendak, rencana dan kebijaksanaan-Nya. Namun pada sisi lain, firman memiliki keberadaanNya secara unik. Dia memiliki hidupNya secara pribadi ilahi. Itulah sebabnya, Yes. 55;11 menyatakan, ”demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya”. Kata ”Firman” di sini dipandang sebagai pribadi ilahi yang melaksanakan apa yang dikehendaki Allah, dan akan berhasil mewujudkannya. Sebab, Allah mengutus sang Firman sebagai utusanNya. Dengan demikian, kedudukan sang Firman pada satu pihak bersifat esa dengan Allah, dan di pihak lain berperan sebagai utusan Allah, untuk mewujudkan kehendak dan rencana Allah.
Hakekat sang Firman Allah itu berkuasa, sehingga Dia tidak pernah kembali dengan sia-sia. Ia selalu berhasil melaksanakan kehendak Allah. Dengan demikian, pengertian ”Firman TUHAN” (Ibrani: dabar Yahweh) bukanlah sekedar kumpulan hukum, perintah atau ketetapan Allah. Sang Firman Allah adalah Sang Hikmat yang menjadi sumber kebijaksanaan, pengetahuan, pengertian, hukum dan ketetapan alam semesta. Dengan kuasa-Nya, sang Firman menopang seluruh kehidupan dan alam semesta ini. Tanpa anugerah-Nya, seluruh kehidupan dan semesta ini akan hancur dan binasa. Sang Firman inilah yang kemudian menjelma dalam diri Yesus Kristus. Walaupun hakekatnya tidak terbatas, namun sang Firman ini berkenan menjadi manusia terbatas, sehingga kemuliaan Allah tersembunyi dalam kemanusiaan Yesus.
Namun demikian karya penebusan Kristus adalah sempurna. Namun efektivitas karya penebusan Kristus ditentukan juga oleh respon manusia. Apakah manusia menerima karya penebusan Kristus, atau tidak? Hal ini nampak sekali di dalam bacaan Matius 13:1-9 tentang perumpamaan ’penabur yang menaburkan benih’. Ternyata benih yang ditaburkan oleh penabur jatuh ke berbagai tempat. Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, sehingga dimakan habis oleh burung. Ada benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, sehingga setelah tumbuh segera layu karena dia tidak berakar. Sebagian lagi benih jatuh di tengah semak duri. Ketika benih itu tumbuh, segera dihimpit oleh duri-duri yang umumnya tumbuh lebih cepat daripada benih. Lalu, ada sebagian lagi benih jatuh di tanah yang baik lalu mampu berbuah lebat.
Perumpamaan ini berbicara tentang kualitas hati manusia saat memperoleh benih Kerajaan Allah dalam hidupnya. Dengan kata lain, perumpamaan Yesus ini dapat diberi judul, ’Perumpamaan tentang benih firman dan 4 jenis tanah’. Lalu, bagaimanakah jenis tanah ’hati’ yang kita miliki? Di antara umat manusia tentu ada yang memiliki hati:
1. seperti tanah di pinggir jalan, yaitu mereka yang gemar mengabaikan dan memandang remeh firman kebenaran.
2. seperti jatuh di tanah yang berbatu, yaitu mereka yang keras kepala. Sehingga firman itu tumbuh sebentar lalu mati karena hatinya yang telah membatu.
3. seperti semak duri, yaitu mereka yang hidupnya dipenuhi dengan kepahitan, sehingga segala firman diterima senantiasa dihimpit oleh kepahitan dan kesusahan hidup mereka.
4. seperti tanah subur, yaitu mereka yang mau membuka dan terbuka untuk dipenuhi firman Tuhan, sehingga menghasilkan buah yang bermanfaat.
Ingatlah, benih yang diitaburkan dalam perumpamaan tadi memiliki kualitas yang sama. Kualitas semua benih itu sama. Demikianlah karya Roh dalam Kristus adalah karya Roh yang sama, tidak pernah berubah dan tetap mulia. Tetapi ketika hadir dalam kehidupan manusia, efektivitas karya Roh tersebut ternyata berbeda-beda. Sebagian orang menyambut karya Roh dengan pertobatan dan pembaharuan hidup menurut Roh. Namun, sebagian lagi menyambut kehadiran Roh dengan pembenaran diri, sikap menolak dan kebencian. Itulah sebabnya, ada umat yang hidup dengan cara daging dan cara Roh. Pembaharuan hidup ini terjadi ketika kita mau mengubah kualitas hati kita, yaitu apakah hati kita, yang semula seperti di tanah dipinggir jalan, atau seperti tanah berbatu dan penuh duri, bersedia diubah oleh Roh untuk menjadi tanah yang baik, atau subur?
Penggilan
Manakala kita mau membuka diri untuk diubah kuasa Roh dalam Kristus, maka Dia akan sanggup memperbaharui hati umat-Nya untuk menjadi hati yang siap melaksanakan kehendak Allah. Pada saat kita mau membuka diri terhadap karya kehadiran Kristus dalam Roh-nya, kita akan dimampukan untuk mengalami pencerahan iman, pikiran dan kehendak yang membebaskan dan memperbaharui hidup yang mengarah pada keinginan Roh.
Sehingga ketaatan kita kepada Tuhan dan aturan agama bukan lagi karena perasaan takut karena hukuman Tuhan, atau karena dorongan kesalehan. Namun kita melakukan firman Tuhan karena dorongan Roh yang melampaui kehendak dan keinginan manusiawi kita. Karena itu, yang menjadi fokus dan tujuan hidup kita adalah pemberlakukan hukum Kerajaan Allah yang membebaskan, memperbaharui dan menghadirkan damai-sejahtera. Ingarlah, karya Roh senantiasa ditandai oleh pembaharuan hidup yang dinyatakan dalam tindakan kasih yang inklusif, terbuka kepada semua orang, toleran, rendah hati untuk belajar dan memahami setiap kebenaran, dan senantiasa bersikap kritis serta berlaku adil. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar